March 22, 2014

Seandainya

Seandainya sekarang kuliah di Surabaya
Seandainya sekarang kuliah di Teknik Sipil ITS angkatan 2012
Seandainya aku kuliah di Surabaya pasti bakalan naik mobil gak kayak sekarang
Seandainya sekarang aku lagi nongkrong sama temen-temen SMA ku yang juga kuliah di Surabaya
Seandainya waktu itu aku belajar lebih giat
Seandainyawaktu itu aku lebih pede ngerjain soal snmptn
Seandainya aku gak masuk Teknik Pengairan UB
Seandainya aku gak ketemu temen-temen dan sahabat WRE 2012
Seandainya aku gak ketemu kakak-gede-bontot itu
Seandainya aku lebih aktif di himpunan daripada di pers
Seandainya aku gak meneruskan hobi jurnalisku
Seandainya........
Seandainya........



Kalau ngomongin masalah seandainya, gak bakal selesei-selesei list diatas. Aku sering, sering, sering banget ngomong kata seandainya dalam hati waktu lagi ngelamun disini. Sering mengayal-ayal bagaimana kalau aku begini, kalau aku begitu. Sempet sedih, gak rela harus milih jalan disini (baca: kuliah di Malang). Sempet terbayang-bayang wajah bahagia aku dan temen-temen SMA bisa satu kampus di Surabaya. Sedih banget tau temen-temenku disana sedang mencoba mengikuti komunitas-komunitas eksis dan beken di kalangan remaja. Aku juga mau. Mau banget.
Aku, aku pengen kayak mereka yang bisa mengeksplor kemampuan mereka di kota metropolitan, kota kesayangan kita. Ini adalah pemikiranku disaat aku masih menginjak kuliah semester 1.


Sekarang?. Aku sekarang udah semester 4, 2 tahun lagi bakalan jadi sarjana teknik. Pikiran-pikiran diatas masih tersimpan rapi di database otak ini. Kadang tumpukan database ini sering 'keluar' kalau aku lagi sedih atau marah. Tapi, aku sadar kok gak seharusnya aku terus punya pikiran kayak gini. Pikiran diatas cuma pemikiran jangka pendek ala ala pelajar SMA. Inget Zhaf udah semester 4 loh ;;). Try to face your problems, not avoid it

Jadi inget kata-kata seseorang
"Kamu kan udah gede, udah tahu mana yang baik mana yang buruk. Gak perlu orang lain yang ngasi tahu/ arahin" 
-kakak gede bontot-













Mengapa Tidak?

Mari kita awali postingan hari ini dengan kata "mengapa". Kalau kita mendengar kata ini otomatis dalam benak kita kata tersebut akan mengarah kepada suatu alasan, sanggahan atau bahkan bantahan. Contohnya.

Mengapa Tuhan menciptakan kita berbeda-beda?
Karena kalau manusia cuma satu macam ntar bosen ngelihatnya  (alasan)

Mengapa cewek kalau ke kamar mandi harus barengan sama temen-temennya?
Karena kalau sendirian takut diapa-apain keles (bantahan)

Mengapa kamu susah banget disuruh dateng on time?
Karena tadi barusan aja ada rapat di tempat lain trus macet di jalan padahal pengennya dateng on time kale (sanggahan)

Trus misal ada kalimat seperti ini

Mengapa anda menolak menggantikan teman anda untuk menjadi Ketua Angkatan yang baru?
Karena gak siap.

Oke, untuk contoh kalimat diatas saya gak mau bahas soal apakah kalimat termasuk alasan, sanggahan atau bantahan. Saya gak peduli. Hanya ada satu kalimat yang bikin saya gatel dan gemes ngedengernya. Karena gak siap.
Entah mengapa saya jadi berapi-api mendengar kata tersebut. Tersulut amarah sebenarnya. Kok kayaknya alasan tersebut gak logis ya?. Ya terlepas dari pertimbangan-pertimbangan orang tersebut. Dari awal aja udah pesimis sama rendah diri gini. Sepertinya dia tak sanggup menilai kualitas dirinya sendiri. Atau karena dia gak mengenali dirinya sendiri sih lebih tepatnya.

-------------

Pesimis.
Kata ini adalah salah satu "akar" permasalahan dari contoh kasus diatas. Dan sepertinya hal seperti ini tak cuma dijumpai satu atau dua kali tapi sering. Sering gak denger kalimat "Duh kayaknya besok bakalan sepi deh" atau "Duh kok feeling ku jualanku gak bakalan laku ya?" saat akan memulai suatu pekerjaan atau rutinitas yang baru. Saya sering mendengar teman-teman saya berkata "Kok kayaknya besok acaranya gak ramai ya?" saat H-1 atau bahkan H-sebulan acara. 

Ya ini yang membuat masyarakat di Indonesia berwajah murung atau bete terus. Lah tiap hari mikirnya udah pesimis atau negatif thinking duluan, ya gak? :). Boleh sih kita prepare for the worst tapi ya jangan disalah artikan. Prepare for the worst kan artinya kita harus siap sedia dengan kemungkinan terburuk. Bukan berarti kita harus pesimis duluan dari awal biar the worst thing nya terjadi kan?. Wake up people. Memang dengan kita pesimis, keadaan jadi lebih baik?. No. Trus apa yang harus kita lakukan?. Buang jauh-jauh sifat pesimis itu dari kalian dan pupuklah rasa kepercayaan diri agar terus tumbuh dalam benak kalian. Susah memang tapi cobalah :). Misal tulis kalimat "You Can Do It" atau "Do The Best" di tembok kamar atau pintu kalian. Biar tiap hari kalian baca tulisan itu dan mulai menanamkannya di alam bawah sadar kalian. Sudah terbukti kok (ngomong sama diri sendiri) :P






Rendah diri.
Wah ini nih ada "akar" permasalahan lagi. Masyarakat di Indonesia ini kok seneng ya merendahkan diri mereka sendiri?. Apa karena sungkan?. Atau gara-gara gak enak sama orang lain?. Di Indonesia, khususnya di Jawa, hubungan manusia dengan manusia erat sekali ya sampai-sampai bisa menebak perasaan orang lain dan tidak memperdulikan dirinya sendiri?. 

"Jangan aku lah rek yang jadi ketua nya, aku gak pinter loh.". Pernah denger kalimat ini diucapkan oleh temen kalian?. Menurut kalian, kira-kira dia bisa gak jadi ketua kalau dia ngomong gini?. Kalau saya jawab, BISA. Saya yakin setiap orang mempunyai kemampuan untuk memimpin. Hanya saja, apakah kemampuan itu sudah terselubungi oleh perasaan rendah diri?. Lagi-lagi, ini adalah salah satu masalah yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia. Karena gak enakan dan sungkan sama orang lain, kita jadi bersikap rendah diri dan membiarkan impian-impian yang sudah terbentang lebar di depan kita. What can I do?. Jangan biarkan pikiran jelek orang-orang di sekitar kita mempengaruhi pikiran kita. Ambil nasihat yang baik dan buang yang buruk. Hal tersebut sudah bisa meminimalisir perilaku rendah diri kita kok. Karena biasanya sikap rendah diri kita muncul gara-gara ada tanggapan negatif atau omongan buruk dari orang lain untuk kita. Jadikan tanggapan negatif atau omongan buruk tersebut pembelajaran agar kedepannya semakin baik lagi. Gimana, setuju? :D





-------------

We're The Future Leaders. Mengapa tidak?. Yakin kok kita pasti bisa (cieee......kita :P). Jangan pesimis sama rendah diri kayak diatas ya. Kita, sebagai generasi muda bisa kok jadi pemimpin-pemimpin masa depan. Tapi.......... Buang dulu sikap pesimis sama rendah diri nya. Pemimpin macam Barack Obama kalau dia punya sifat pesimis sama rendah diri, udah dari dulu kali mengundurkan diri jadi presiden atau bahkan gak mau mencalonkan dirinya hihhihi :P 
You(th) Can Do It!



















Sumber gambar:
www.google.com

March 16, 2014

Doodle, doodle everywhere

Halo halooo.... Yak ceritanya beberapa hari kemarin gak ada kerjaan di kosan hahha. Yap, saya masih dalam fase liburan semester. Coba aja udah mulai kuliah pasti gak bisa kayak gini.
Jadi kemarin iseng-iseng nge doodle lagi di sketch book A5 saya yang telah berdebu. Tangan jadi kaku lagi gara-gara udah lama gak gambar-gambar-_- Tapi rasanya setelah nge gambar lagi, widih...........langsung seneng bro. Rasanya nemuin kesenangan lagi #apasih. Btw kemarin gambarnya gak pake drawing pen seperti biasa tapi pake rapido-yang-harganya-bikin-gak-jajan-berminggu2 itu. Akibat males pergi keluar buat beli drawing pen dan hasrat untuk menggambar sedang tinggi-tingginya jadi yah terpaksa pakai rapido. Rapido ku ini juga udah aku pensiunkan semester 2 kemarin, setelah masa jayanya matkul MKBA (Menggambar Konstruksi Bangunan Air) telah lenyap rapido pun demikian.
Jadi ini beberapa gambar yang dihasilkan kemarin



March 14, 2014

The Real Leader Is......

Akhir-akhir ini kata "Pemikiran Terbalik'' sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di kalangan jurusan saya. Mau tahu bagaimana asal usul kata ini bisa begitu sangat heboh diperbincangkan?. Sebelum menginjak kesana, apa sih pemikiran terbalik itu?

Pemikiran terbalik adalah cara berpikir seseorang yang 'terbalik' atau dalam hal ini out of the box. Mengapa seseorang perlu memiliki pemikiran terbalik ini?. Sebagai manusia, atau dalam kasus saya, sebagai mahasiswa jika kita ingin merubah dunia, memiliki cara berpikir terbalik adalah salah satu hal utama. Tidak usah muluk-muluk ingin merubah dunia, merubah kebiasaan jelek di kalangan masyarakat dengan memakai cara pemikiran terbalik ini sudah di jamin bisa terlaksana.

Saya mengerti cara berpikir seperti ini karena teman saya sebut saja namanya Dirga. Dirga adalah ketua pelaksana suatu acara besar di jurusan saya. Pada rapat pleno pertama, dia 'menyematkan' kata ''Pemikiran Terbalik" pada kami, panitia acara. Dirga mengatakan alangkah baiknya kami selaku panitia acara mempunyai cara berpikir terbalik. Mengapa?. Karena jika ingin membuat suatu acara sukses, ide-ide kreatif dari pihak panitia sangat dibutuhkan. Dan ide-ide kreatif tersebut tidak mungkin datang jika kita hanya berpikiran mengikuti-ide-konsep-acara-yang-sudah-sudah-aja.

Tak hanya itu, dia juga 'menanamkan' prinsip datang tepat waktu saat rapat berlangsung. Disaat manusia-manusia sudah jenuh dan muak akan kebiasaan jam karet di negeri ini, Dirga seperti memberikan secercah cahaya kepada kami. Layaknya menguntai tali ruwet bernama jam karet yang sangat mengikat ke dalam kebiasaan kami. Dan prinsip ini  sudah berjalan dengan baik. Terbukti saat rapat pleno yang kedua panitia yang datang telat bisa dihitung dengan jari. Tak seperti rapat pleno pertama, yang datang telat kayak rombongan haji Indonesia, banyak. Apakah prinsip datang tepat waktu ini bisa dibilang sebagai 'buah' dari pemikiran terbalik?. Ya. Menurut pemikiran  saya, cara berpikir Dirga tak seperti ketua pelaksana acara yang lain. Disaat ketua pelaksana yang lain menunggu anggota panitianya untuk datang rapat dengan sabar bahkan sampai molor dua jam dari kesepakatan awal rapat, Dirga memulai rapat tepat waktu seperti yang dia janjikan di hari sebelumnya. Tak peduli berapa banyak anggota panitia yang sudah datang, rapat pasti dimulai. Baru kali ini saya menemui  ketua pelaksana semacam itu dalam hidup ke-panitia-an saya :)


----------


We're The Future Leaders. Ya, kita adalah generasi muda yang kedepannya akan menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Bukan hal yang mustahil menurut saya. Lihat saja contoh kasusnya seperti yang sudah saya ceritakan tadi. Tak perlu muluk-muluk ingin memberantas koruptor lah, membereskan kesemrawutan akibat ulah pejabat pemerintah yang 'nakal' dan yang lain-lain. Tapi hanya dengan memiliki cara berpikir terbalik, kita sudah bisa merasakan perubahan walau hanya perubahan yang kecil. Kecil namun berarti bukan?.

Yang saya ingin katakan disini, kita sebagai generasi penerus bangsa, janganlah hanya bermimpi memberantas koruptor di negeri ini tapi mulailah dengan melakukan suatu perubahan. Perubahan yang baik tentunya. Act now.





Perubahan tak mungkin terjadi tanpa adanya tindakan. Jangan cuma banyak omong tapi tidak ada bukti yang bisa dihasilkan. Start with little things. Tindakan baik sekecil apapun nantinya akan menuntun ke sebuah perubahan. Tak susah bukan?. Yuk kita mulai bertindak dari mulai hal yang kecil dan sederhana dulu :)
Sudah siap jadi generasi penerus bangsa? Yes, We are ready :)







Sumber gambar:
www.google.com