Seandainya sekarang kuliah di Teknik Sipil ITS angkatan 2012
Seandainya aku kuliah di Surabaya pasti bakalan naik mobil gak kayak sekarang
Seandainya sekarang aku lagi nongkrong sama temen-temen SMA ku yang juga kuliah di Surabaya
Seandainya waktu itu aku belajar lebih giat
Seandainyawaktu itu aku lebih pede ngerjain soal snmptn
Seandainya aku gak masuk Teknik Pengairan UB
Seandainya aku gak ketemu temen-temen dan sahabat WRE 2012
Seandainya aku gak ketemu kakak-gede-bontot itu
Seandainya aku lebih aktif di himpunan daripada di pers
Seandainya aku gak meneruskan hobi jurnalisku
Seandainya........
Seandainya........
Kalau ngomongin masalah seandainya, gak bakal selesei-selesei list diatas. Aku sering, sering, sering banget ngomong kata seandainya dalam hati waktu lagi ngelamun disini. Sering mengayal-ayal bagaimana kalau aku begini, kalau aku begitu. Sempet sedih, gak rela harus milih jalan disini (baca: kuliah di Malang). Sempet terbayang-bayang wajah bahagia aku dan temen-temen SMA bisa satu kampus di Surabaya. Sedih banget tau temen-temenku disana sedang mencoba mengikuti komunitas-komunitas eksis dan beken di kalangan remaja. Aku juga mau. Mau banget.
Aku, aku pengen kayak mereka yang bisa mengeksplor kemampuan mereka di kota metropolitan, kota kesayangan kita. Ini adalah pemikiranku disaat aku masih menginjak kuliah semester 1.
Sekarang?. Aku sekarang udah semester 4, 2 tahun lagi bakalan jadi sarjana teknik. Pikiran-pikiran diatas masih tersimpan rapi di database otak ini. Kadang tumpukan database ini sering 'keluar' kalau aku lagi sedih atau marah. Tapi, aku sadar kok gak seharusnya aku terus punya pikiran kayak gini. Pikiran diatas cuma pemikiran jangka pendek ala ala pelajar SMA. Inget Zhaf udah semester 4 loh ;;). Try to face your problems, not avoid it
Jadi inget kata-kata seseorang
"Kamu kan udah gede, udah tahu mana yang baik mana yang buruk. Gak perlu orang lain yang ngasi tahu/ arahin"
-kakak gede bontot-